Inovasi untuk Masa Depan dari Pemenang Solve For Tomorrow 2021

08/07/2022
Share open/close
URL tersalin.

 

Menurut pepatah, “Generasi muda hari ini adalah pemimpin hari esok”.

 

Dengan keyakinan ini, Samsung berkomitmen untuk memberdayakan generasi muda untuk mencapai potensi maksimal mereka dan menjadi pelopor perubahan positif.

 

Solve For Tomorrow adalah sebuah program global yang dibuat untuk memberikan kesempatan belajar yang unik bagi siswa untuk menggunakan pengetahuan mereka dalam Sains, Teknologi, Teknik/Engineering, dan Matematika (STEM) untuk mengembangkan solusi yang bermakna demi mengatasi masalah di masyarakat. Melalui kompetisi tahunan ini, para siswa juga mendapatkan keterampilan yang sangat berharga dalam hal kerja sama tim, kolaborasi, pemikiran kritis, dan kreativitas, serta mempersiapkan mereka untuk dunia kerja di masa depan.

 

Di Asia Tenggara dan Oseania, program Solve for Tomorrow 2021 diikuti lebih dari 6.500 pendaftar di Australia, Malaysia, Selandia Baru, Singapura, dan Vietnam. Selama setahun terakhir, secara keseluruhan program ini telah menjangkau lebih dari 80.000 individu, menyebarkan budaya inovasi dan kreativitas di antara sekolah dan komunitas di wilayah ini.

 

Berikut kisah dari para pemenang muda di Asia Tenggara dan Oseania, mengusung inovasi yang luar biasa yang telah mereka ciptakan untuk mendorong dampak positif yang nyata.

 

Australia

 

Kiri ke Kanan: Meg Phillips; James Wooden dan Casey Tumbers dari Intervergent; The MedMakers

 

Untuk Solve for Tomorrow 2021 di Australia, siswa didorong untuk membuat video TikTok yang seru yang menyajikan masalah sosial yang relevan dengan diri mereka, sambil menyoroti solusi berbasis STEM.

 

Meg Phillips dari Tasmania menjadi pemenang utama, didorong oleh kecintaannya pada konservasi hewan. Memanfaatkan pengalamannya saat melakukan internship dalam dunia teknik, dia menciptakan sistem berbasis RFID untuk memperingati hewan saat ada mobil yang mendekat. Dikenal sebagai ‘Roadkill Reducer’, alarm berbunyi setiap kali hewan berada di pinggir jalan atau ketika ada mobil di dekatnya. Solusi inovatifnya menggunakan teknologi RFID yang telah ada dan membutuhkan infrastruktur yang minim, menjadikannya sistem praktis yang berpotensi mengurangi korban satwa liar dan menjaga keselamatan pengemudi.

 

Video Meg bisa dilihat di sini:

 

Malaysia

 

Kompetisi Solve For Tomorrow Malaysia pada tahun 2021 berfokus pada tema ‘Keberlanjutan Lingkungan’ dan ‘Akses ke Pendidikan’. Para siswa yang berpartisipasi juga menghadiri workshop Design Thinking, yang diselenggarakan bersama dengan STEM Centre Universiti Malaya, untuk mengembangkan kreativitas, empati, ide, dan problem-solving skills.

 

Tim Pemenang “TAZ” mengembangkan aplikasi yang menghubungkan para siswa di Malaysia untuk menemukan teman belajar dengan minat yang sama, untuk saling mengajarkan pelajaran melalui permainan, dan membekali mereka dengan tips manajemen waktu. Tim yang terdiri dari tiga siswa: Tan Zhang Li, Adam Sim, dan Zachary Sim dari St. Francis Institution, Malaka, juga mengembangkan aplikasi untuk membantu lebih banyak siswa di seluruh negeri agar mendapatkan akses terjangkau ke berbagai materi pembelajaran yang lebih luas. Rangkuman akhir dan penemuan dari pemenang utama dan runner-up dapat dilihat di sini.

 

Ringkasan final dan penemuan dari pemenang dan runner-up dapat dilihat di sini:

Selandia Baru

Solve for Tomorrow diadakan pertama kali di Selandia Baru di 2021. Tema ‘Seni’ dimasukkan sebagai kriteria penilaian utama untuk kompetisi. Dua pemenang dinobatkan dalam kompetisi perdana ini, berhasil menerapkan keterampilan Sains, Teknologi, English/Bahasa Inggris, Art/Seni, atau Matematika (STEAM) untuk menyelesaikan tantangan pilihan mereka.

 

Drew Kenny, seorang siswa Kelas 7 berusia dua belas tahun dari Tauranga Intermediate School, menciptakan “Parkinson’s Belt” untuk memberikan para penderita penyakit Parkinson akses cepat ke obat-obatan, air, dan alarm dukungan mereka. Dengan fokus yang jelas pada desain yang berorientasi pada pasien, Drew memanfaatkan umpan balik dari pasien Parkinson untuk membantu membuat keputusan penting – seperti menggunakan bahan neoprene yang nyaman untuk sabuk dan merancang posisi ideal berbagai fitur sabuk untuk kenyamanan maksimal.

 

Tonton entry-nya di sini:

Harrison Maxwell yang berusia lima belas tahun, seorang siswa Kelas 10 Rangitoto College, memanfaatkan potensi dari rumput pinggir jalan yang tidak digunakan (juga dikenal sebagai tanggul/berms) dengan proyek “Beautify the Berms” miliknya. Dia mengusulkan penanaman fauna yang indah di tanggul untuk membantu memperkuat ekosistem bagi satwa liar lokal seperti penyerbuk, sambil menyatukan masyarakat dalam upaya gabungan untuk meminimalkan biaya pemeliharaan jangka panjang. Harrison juga mengusulkan beberapa spesies bunga yang Tangguh dan tidak perlu pemeliharaan rumit yang memungkinkan tanggul untuk tetap menjadi ekosistem indah sepanjang tahun.

 

Lihat entry-nya di sini:

 

Singapura

 

Seri kelima dari Solve For Tomorrow Singapura menantang siswa post-secondary dan universitas untuk mengatasi isu-isu utama bertema ‘Keberlanjutan Lingkungan’, ‘Inklusi Digital untuk Lansia’, ‘Kesehatan & Kebugaran’, dan ‘Bersiap untuk Masa Depan di Dunia Kerja’.

 

Tim MNKS x CO2, pemenang kategori post-secondary, terdiri dari Mohammed Khambhati, Ti Kyi Kyaw, Keeret Singh, dan Toh Siew Hean dari Singapore Polytechnic. Untuk mengatasi perubahan iklim, mereka membuat konsep biofilter untuk kendaraan dengan biofilm yang terbuat dari bakteri E. coli yang dimodifikasi secara genetik yang dapat mengubah emisi karbon dioksida yang berbahaya bagi lingkungan menjadi oksigen.

 

Mewakili kategori Universitas, Tim Adustio mengembangkan dua bagian sistem energi surya berkelanjutan. Alyssa Cheok dan Yuan Hai Shuai pertama merancang baterai surya organik yang terbuat dari karagenan rumput laut yang dapat terurai secara natural, dengan sifat yang mampu memaksimalkan efisiensi baterai sekaligus mengurangi limbah beracun. Baterai organik ini kemudian dipasangkan dengan sensor dan aplikasi seluler, yang secara otomatis akan memiringkan posisi panel surya sebagai respons terhadap perubahan posisi matahari sepanjang hari untuk memanfaatkan energi matahari dengan lebih baik.

 

Lihat para inovator lingkungan generasi berikutnya di sini:

Vietnam

 

Di Vietnam, tim Eco Warriors dari Hanoi menjadi pemenang di Kategori Sekolah Menengah Atas dengan mesin daur ulang masker yang dirancang khusus untuk mengurangi limbah yang dihasilkan dari meluasnya penggunaan masker plastik selama pandemi. Dengan melelehkan dan membentuk kembali plastik, tim menunjukkan bahwa sebuah pot plastik dapat dibuat dari daur ulang 10 masker hanya dalam waktu satu setengah menit. Tim tersebut juga memamerkan prototipe mereka di berbagai sekolah menengah untuk menyebarkan semangat mereka dalam penerapan keterampilan STEM di dunia nyata.

 

Sementara itu, Tim Robo Kat dari Provinsi Dong Thap memenangi Kategori Sekolah Menengah dengan mobil robot pemanjat dinding yang menerapkan metode no-contact-force untuk melakukan inspeksi jarak jauh pada pipa drainase. Robot panjat dinding dibuat untuk melakukan tugas berbahaya menggantikan manusia, seperti membersihkan, menyapu, mengukur, dan memeriksa struktur.

 

Keragaman inovasi dari pemenang Solve for Tomorrow 2021 terus menginspirasi para siswa pembuat perubahan di seluruh dunia. Pantau Samsung Newsroom Indonesia dan nantikan perkembangan berikutnya dari para inovator masa depan!

Korporasi > Kewargaan Perusahaan

Download

  • PR_Innovating-for-the-Future_SEAO-Feature-Story_Image-1.png

  • PR_Innovating-for-the-Future_SEAO-Feature-Story_Image-4.png

  • PR_Innovating-for-the-Future_SEAO-Feature-Story_Image-3.png

  • PR_Innovating-for-the-Future_SEAO-Feature-Story_Image-2.png

Untuk hal-hal terkait layanan konsumen, silakan kunjungi samsung.com/id/support.
Untuk informasi media, silakan hubungi seins.com@samsung.com.

Lihat cerita terbaru mengenai Samsung

Buka
TOP